Wisata Malang Bagian Selatan Yang Belum Terlalu Terkenal, Gak Kalah Bagus Sama Wisata Kota Malang Yang Sudah Viral – Malang Raya merupakan salah satu destinasi wisata favorit di Jawa Timur. Banyak sekali tempat wisata yang berada di kawasan ini. Berbicara tentang kawasan Malang Raya, secara administratif wilayah sebenarnya dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang. Kebanyakan wisata-wisata viral & terkenal adalah wisata kekinian yang sebagian besar berada di Kota Batu & Kota Malang seperti Jatim Park 1-3, Museum Angkut, Batu Night Spectacular (BNS), Alun2 Malang, Kampung Warna-warni Jodipan, Hawai Waterpark dll. Sementara untuk kabupaten Malang wisata yang terkenal kebanyakan pantai, & yang paling populer seperti Pantai Balekambang, Sendangbiru, Ngliyep, dan Goa Cina (untuk tulisan mengenai kunjungan Pantai Goa Cina bisa dilihat di sini ). Gunung Bromo juga termasuk diantara wisata populer itu, namun kalau gunung Bromo itu sebenarnya bukan di wilayah Malang saja, namun perbatasan antara 4 kabupaten, Malang, Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang.
Waktu pulang kampung di akhir tahun ini, di sela-sela waktu yang banyak dihabiskan silaturahmi keluarga, saya menyempatkan untuk jalan-jalan berwisata singkat ke beberapa obyek Wisata Malang Bagian Selatan. Tapi tentu saja bukan di destinasi-destinasi populer seperti yang disebutkan diatas. Saya lebih banyak mengeksplor tempat-tempat yang kurang begitu populer, terutama yang berada di bagian kabupaten Malang selatan sebelah timur & perbatasan dengan kabupaten Lumajang. Sementara ketika bersama keluarga, kami berwisata ke pantai Malang selatan yang juga belum sepopuler yang telah disebutkan diatas, karena untuk menghindari keramaian di situasi yang masih pandemi seperti sekarang ini. Meskipun bukan wisata populer, nyatanya obyek-obyek Wisata Malang Bagian Selatan ini gak kalah bagus kok, dan layak untuk dikunjungi jika sewaktu-waktu sedang ada di Malang, khususnya ketika anda sedang berada di wilayah Kabupaten Malang bagian selatan & timur. Berikut obyek wisata yang belum terlalu populer di Malang yang kemarin sempat saya kunjungi:
- Air Terjun Coban Sewu
Wisata Malang Bagian Selatan pertama yang bisa anda kunjungi adalah Air Terjun Coban Sewu. Air terjun ini berada tepat di perbatasan kabupaten Malang dan Lumajang, tepatnya di desa Sidorenggo, kecamatan Ampelgading, kabupaten Malang sekitar 65 KM dari pusat kota Malang. Untuk menuju kesini anda bisa mengambil rute jalan nasional Malang-Lumajang, dengan rute: Malang – Bululawang – Turen – Dampit – Tirtoyudo – Ampelgading – Coban Sewu. Perjalanan menuju ke air terjun ini sangat menyenangkan, karena rute yang dilewati adalah lereng gunung Semeru. Anda akan melewati jalan berliku-liku2 dan sekali2 Gunung Semeru terlihat di sebelah utara-timur jalan. Ketika akan memasuki perbatasan kabupaten Malang – Lumajang, nanti ada belokan kanan masuk jalan kampung, terlihat papan pintu masuk utama Coban Sewu. HTM untuk ke lokasi Coban Sewu adalah 15 ribu per pengunjung + parkir motor 10 ribu.
Untuk mencapai lokasi masih diperlukan tracking lagi. Sebelum masuk lokasi saya sudah diwanti-wanti sama pengelola untuk hanya sampai ke wilayah panoramic saja dan dilarang turun kebawah, mengingat jalur sungai Coban Sewu merupakan jalur aliran lahar gunung Semeru, yang sama2 kita tahu bahwa di awal bulan Desember kemarin baru saja erupsi, jadi demi keamanan untuk sementara wisata kesini hanya diperbolehkan sampai ke tempat panoramic saja. Tracking dari pintu masuk sampai ke lokasi panorama kurang lebih sekitar 7 menit dengan beberapa turunan yang di beberapa lokasi agak curam.
Pemandangan yang disajikan di air terjun ini sangat indah. Tebing berbentuk U dimana ada 1 air terjun utama dengan air yang mengalir deras, sementara di sekelilingnya juga banyak air terjun yang kebih kecil mengalir mengelilingi tebing. Menurut informasi, tinggi air terjun disini sekitar +/- 120 meter. Seingat saya dulu waktu kecil pernah diajak bapak ke sini juga tapi melalui pintu masuk yang dari sisi kabupaten Lumajang di sebalah timur tepatnya di desa Sidomulyo dan mampir juga ke Goa Tetes yang berjarak kurang lebih 500 meter dari Coban Sewu dan menuruni tebing curam sampai ke bawah. Namun kali ini saya tidak sampai turun kebawah karena mematuhi aturan yang sudah diwanti-wanti pengelola saat tadi di pintu pendaftaran. Meskipun tidak turun kebawah, menikmati suasana alam air terjun dari tempat panorama ini sangat worth it kok. Pemandangan air terjun, suara deru gemercik air, hijaunya pepohonan, tebing berwarna coklat exotic & pelangi yang terbentuk dari percikan air sungguh memanjakan mata. Walaupun dengan kamera seadanya & air terjun yang ga jernih sempurna karena pagi sempat hujan tapi tetap saja rasanya ingin terus foto2 mengabadikan suasana air terjun. Kebetulan pas kesana lokasi lagi sepi, hanya ada 1-2 orang lain yang berkunjung, jadi bebas menikmati suasana alam sambil ditemani cemilan kripik tempe khas Malang & makan buah salak yang kemarin diberi banyak banget oleh bude yang saya kunjungi.
Pemandangan Air Terjun Coban Sewu dari tempat Panoramik
Video suasana di Coban Sewu
- Air Terjun Kapas Biru
Air terjun Kapas Biru ini secara wilayah bukan di Malang, tapi masuk wilayah kabupatan Lumajang, tepatnya di kecamatan Pronojiwo yang berbatasan langsung dengan kabupaten Malang. Karena jaraknya yang tidak terlalu jauh dari perbatasan kabupaten Malang, jadi masih bisa lah yah buat disebut Wisata Malang Bagian Selatan 😀 . Lokasinya sekitar 75 KM dari pusat kota Malang. Rute yang di tempuh hampir sama ya dengan ke Coban Sewu hanya lebih ke timur lagi saja, yaitu: Malang – Bululawang – Turen – Dampit – Tirtoyudo – Ampelgading – Pronojiwo – Air Terjun Kapas Biru. Patokannya adalah ketika anda sudah sampai Polsek Pronojiwo, ada jalan kecil arah kanan masuk jalan desa, dari situ sudah dekat, parkirannya paling hanya sekitar 100 meter saja dari pinggir jalan, sudah terdapat plang petunjuk juga di pinggir jalan yang mengarahkan kita menuju pintu masuk parkiran. HTM Air Terjun Kapas biru adalah 10 ribu per orang & biaya parkir mobil 10 ribu.
Dari pintu masuk menuju lokasi air terjun masih diperlukan tracking sekitar 45 menit dengan perjuangan yang berat. Medan yang dilalui lumayan ekstrim. Awal-awal sih cuma melewati kebun salak saja, tapi setelah itu barulah medan ekstrim dimulai. Perpaduan undakan tanah & batu dengan medan turunan ekstrim > 60 derajat dengan pegangan kayu dan besi seadanya saja. Disini harus hati-hati karena kalau sampai terpeleset cukup berbahaya. Ketika sudah agak kebawah nanti akan melalui beberapa pohon besar, dan tracking yang dilalui adalah melalui akar-akar pohon itu yang curam. Lalu akan melewati juga medan dimana turunannya tegak lurus 90 derajat & harus dilalui dengan tangga besi yang mana kita harus merayap untuk melewatinya. Kebayang kan gimana nanti gempornya pas naik ketas waktu pulang 😀 . Dari sini saja itu baru separuh perjalanan, terdapat tempat istirahat gubuk kecil & tulisan air terjun masih 250 meter lagi.
Jalur Tracking menuju Air Terjun Kapas Biru
250 meter dekat dong? Tidak semudah itu ferguso 😀 , jalanannya masih naik turun melewati pinggir tebing. Sesekali harus melewati bebatuan & membelah jalur sungai air terjun kecil dengan bebatuan licin. Kita harus menyeberangi bebatuan air terjun kecil itu untuk melanjutkan perjalanan, harus benar2 hati2 agar tidak terpeleset, apalagi ini berangkat sendiri, kalau sampai kenapa2 kan repot 😀 . Patokan ketika air terjun sudah dekat anda akan melewati sebuah jembatan bambu kecil yang membelah sungai dengan air bening yang deras. Disini suasana segarnya air sudah terasa, udaranya juga dingin & segar. Sungai ini merupakan aliran lanjutan dari air terjun yang nanti akan dikunjungi.
Jembatan Sungai penanda tujuan sudah dekat. Airnya jernih sekali.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan tracking yang berat sampai juga di air terjunnya. Rasa Lelah seketika hilang karena pemandangan disini sangat bagus. Perjuangan berat yang dilakukan selama tracking terbayar dengan suasana air terjun yang indah, segar, sejuk, asri dan masih alami. Fasilitas disini juga masih sangat seadanya berupa bangku2 bambu kecil dan ayunan dari ban, tapi menurut saya ini malah menjadi keunggulan karena jadi tidak mengurangi suasana alami air terjun. Kebetulan pas kesana sama sekali tidak ada pengunjung lain selain saya sendiri, jadi tambah sempurna deh untuk bebas menikmati suasana alam disini, serasa air terjun milik sendiri, dan bebas melakukan apa saja untuk melepaskan penat, dengan catatan harus tetap menjaga kebersihan dan sopan santun karena berada di alam bebas. Pemandangan yang disajikan disini adalah air terjun yang sangat jernih dengan ketinggian sekitar 90 meter, dikelilingi oleh tebing-tebing curam berwarna coklat kemerahan yang dibeberapa tempat ditumbuhi rumput-rumput hijau. Lalu disekelilingnya masih sangat asri dengan banyaknya pepohonan hijau serta pohon bambu. Ditambah lagi sungai dengan air yang sangat jernih mengalir dibawah air terjun, membentuk aliran air terjun kecil-kecil yang membelah bebatuan berlumut disekitaran air terjun. Air sungai nya juga sangat segar, mantap ini kalo dibuat mandi, apalagi sungainya juga ga terlalu dalam jadi tidak berbahaya bagi siapapun yang mau mandi disini. Sekitar 1,5 jam saya menikmati keindahan alam disini, foto2, sambil berendam di sungai, lalu cangkruk dengan suasana sunyi sepi menikmati kesendirian melepas penat beban pikiran & pekerjaan selama di ibukota.
Pemandangan Air Terjun Kapas Biru
Video suasana air terjun Kapas Biru
Sebenarnya masih ingin berlama-lama disini, tapi mengingat cuaca yang tiba2 mendung & agak gerimis saya memutuskan untuk kembali karena medan yang dilalui sangat berat dan berbahaya jika hujan maka jalur yang dilalui sangat licin. Siap-siap gempor deh apalagi pas melewati tanjakan curam itu, tapi gempor itu langsung hilang ketika di parkiran mobil atas melihat lagi foto & video yang didapat ketika di air terjun tadi. Karena sudah siang & perut lapar, akhirnya saya melajukan mobil menuju pasar Pronojiwo. Disana saya ingat waktu kecil dulu pernah diajak mampir ke warung yang enak sama bapak di tikungan sebelum jembatan Kali Bening. Akhirnya saya memilih makan disitu dan menu yang dipilih tentu saja Krengsengan Ati Sapi, yang merupakan makanan kesukaan saya sejak kecil, tapi ketika sudah gede seperti sekarang sudah agak dikurangi karena ati sapi kan sebenarnya makanan yang kurang bagus buat kesehatan, hanya mencoba sesekali saja ketika pas lagi pulang kampung & pas pengen banget saja 😀 . Sebenarnya masih mau lanjut coba naik Puncak Sriti yang lokasinya ga jauh dari jembatan Kali Bening, tapi mengingat hari sudah agak sore dengan cuaca agak mendung gelap & takut kalo ibuk di rumah khawatir kalo anaknya pulang malem sendirian (padahal asline yo gak apa2 wong anake yo wes tuwek & berkali2 jalan2 ke tempat yg lebih jauh aman2 aja, tapi namanya orang tua kan pasti ada rasa khawatirnya 😀 ), ya sudah ga jadi deh dan langsung pulang aja.
- Puncak Bundu
Jika anda ingin Wisata Malang Bagian Selatan dengan panorama jalur buangan lahar Gunung Semeru, anda bisa berkunjung ke Puncak Bundu. Puncak Bukit Pelindung atau yang lebih dikenal dengan nama Puncak Bundu ini berada di desa Purwoharjo, kecamatan Ampelgading, kabupaten Malang sekitar 60 KM dari pusat kota Malang. Rute menuju kesana adalah Malang – Bululawang – Turen – Dampit – Tirtoyudo – Ampelgading – Puncak Bundu. Patokannya adalah ketika anda sampai di pusat kecamatan Ampelgading yaitu Pasar Bakroto nanti tidak jauh lagi akan ketemu Kantor Kecamatan Ampelgading. Nanti di depan kantor kecamatan ada belokan ke kanan dengan gapura Wisata Coban Srengenge. Dari jalan besar melewati jalan desa menuju Puncak Bundu kurang lebih tinggal 5KM saja. Ya Puncak Bundu ini letaknya tak jauh dari Coban Srengenge. Sebenarnya juga tujuan utama saya ke Coban Srengene, namun karena pas kesana tempat wisata masih ditutup ya akhirnya mengalihkan tujuan ke Puncak Bundu. Pastikan kendaraan dalam kondisi yang baik ya, karena saat akan mencapai parkiran akan melalui tanjakan yang lumayan terjal. Sebaiknya sih kesini pakai motor saja, karena jalannya yang sempit dan tidak ada lahan parkir yang memadai di lokasi, kurang direkomendasikan kalau pakai mobil. HTM untuk ke Puncak Bundu 10 ribu saja untuk parkir motor.
Untuk sampai ke lokasi bukit, dari tempat parkir masih perlu jalan kaki sebentar menaiki bukit kurang lebih sekitar 5 menit saja dengan medan yang tidak terlalu curam, paling pas mau sampai puncaknya saja tanjakannya agak tajam. View yang disajikan dari sini bagus. Pemandangan utama yang didapat disini yaitu sungai jalur aliran lahar gunung Semeru dengan bebatuan disekitarnya yang membelah pegunungan-pegunungan hijau di seklilingnya. Sementara di sisi lainnya jika cuaca bagus akan terlihat puncak gunung Semeru yang berada di sebelah utara Ampelgading, sayangnya pas saya kesini cuaca kurang bagus dan gunung Semeru tertutup awan 😀 . Disini juga sudah disediakan spot-spot foto yang menarik, seperti tulisan “Puncak Bundu” dan “I Love U” yang berlatar belakang aliran lahar & bukit, tanda panah dengan latar belakang gunung Semeru, serta kursi tempat makan di ketinggian dengan latar belakang bukit hijau di belakangnya. Sementara di tengah-tengah bukit juga sudah ada kursi kayu & ban yang bagus untuk foto-foto atau sekedar untuk duduk istirahat. Jangan lupa membawa bekal makanan & minuman ya kalau kesini, karena disini sama sekali tidak ada warung.
Pemandangan dari Puncak Bundu
- Batu Lapis
Wisata ini lokasinya tak jauh dari Puncak Bundu, bahkan dilewati saat menuju Puncak Bundu, jadi rute yang ditempuh ya sama persis seperti ke Puncak Bundu ya, jadi bisa mampir dulu kesini setelah pulang dari Puncak Bundu. Batu Lapis atau kadang disebut Coban Temu ini lokasinya tepat di pinggir jalan, jadi anda tak akan kesulitan menemukannya. Hal unik yang ada di air terjun mini ini adalah bebatuan alam berbentuk kotak-kota yang berjumlah sangat banyak dan tertata rapi di bawah air terjun mini yang ada pada tebing alam yang berbentuk garis-garis nyaris lurus. Di pinggir air terjun mini ini sudah ada beberapa gazebo kecil jika ingin nongkrong2. HTM untuk ke Batu Lapis ini 5 ribu saja yang dibayarkan di kotak yang di sediakan di dekat jembatan. Hal yang bisa dilakukan disini adalah foto di belakang spot foto tulisan “Batu Lapis” atau mendaki sedikit keatas untuk menikmati segarnya air mini air terjun & berfoto dibawah tebing garis air terjun Coban Temu.
Batu Lapis dengan air terjun mininya.
Setelah dari Puncak Bundu & Batu Lapis sebenarnya tujuan saya adalah mencoba menuju Candi Samudro yang ada di lereng gunung Semeru. Perjalanan dimulai dengan berbelok ke utara di Bakroto menuju desa Argoyuwono. Namun ketika sampai di Pos Pengamatan Gunung Semeru yang berada kurang lebih 4 KM sebelum candi, ternyata jalannya berubah menjadi sangat ekstrim, yaitu jalan makadam super rusak, lubang dimana2 dan bebatuan yang sangat besar. Mengingat saya membawa motor dengan kondisi yang kurang prima report kalo sampe mogok atau ban bocor/pecah disana, akhirnya saya mengurungkan niat kesana & cukup mengambil foto gunung Semeru dari Pos Pengamatan Gunung Semeru yang berada di desa Argoyuwono saja.
Pos Pemantauan Aktifitas Gunung Semeru, Desa Argoyuwono, Ampelgading
Saya memutuskan untuk pulang turun saja dan mampir ke Pasar Bakroto untuk mencari makan. Jadi inget dulu pas waktu kecil pernah pulang dari Jember naik motor cenglu (gonceng telu) bersama bapak & pak lik (paman) adiknya bapak, sepanjang jalan pak lik nanyain terus saja kapan iki mbaksone, entah sampe berapa puluh kali pertanyaan itu keluar. Karena sudah bosen ditanyain terus akhirnya bapak menghentikan motor dan mampir beli bakso di sekitaran Pasar Bakroto ini walaupun sebenarnya pingin buru2 pulang karena ada pekerjaan yang menunggu. Akhirnya karena inget hal itu sayapun memilih makan bakso saja di Pasar Bakroto sebelum pulang ke rumah 😀 . Oh iya satu ciri khas bakso yang di jual di Malang yang jarang ada di tempat lain yaitu ada saus yang berwarna merah pekat. 12 tahun saya tinggal di Jakarta belum pernah nemu warung bakso yang jualan bakso Malang sekalipun yang sausnya warna merah begini.
Masih ada ulasan mengenai pantai Teluk Asmara, Ungapan, Bajulmati & tempat makan durian di Pakisaji. Biar ngga kepanjangan lanjut di halaman berikutnya ya.
1 thought on “Wisata Malang Bagian Selatan Yang Belum Terlalu Terkenal, Gak Kalah Bagus Sama Wisata Kota Malang Yang Sudah Viral”